Brownies Kukus Amanda, Brownies Asal Kota Kembang

main image

Apabila jala-jalan ke Bandung tidak afdol rasanya kalau tidak membeli brownies Amanda. Brownies yang didirikan di Kota Kembang Bandung ini rasanya sangat lezat, berikut adalah sejarah brownies kukus Amanda yang sudah terkenal dan memiliki banyak gerai di seluruh kota di Indonesia ini. Berawal dari ketidakpuasan saat mencoba resep bolu kuskus dari adiknya, seorang ibu rumah tangga yang bernama Hj. Sumiwiludjeng pada akhirnya mengotak-ngatik resep agar mendpaatkan rasa yang lebih lezat. Memasak memang bukan sekadar hobi bagi Sumi. Istri pensiunan pegawai PT Pos Indonesia ini sejak dulu memanfaatkan kepandaian memasaknya untuk menambah pemasukan keluarga. Sumi yang dibantu oleh putra sulungnya yang bernama Joko Ervianto, menerima pesanan kue dan makanan untuk arisan hingga pesta perkawinan. Tetapi, usaha tersebut masih bersifat industri rumahan.

Ketika resep bolu kukus coklat dirasa pas, Sumi mulai menawarkan bolu itu kepada pelanggan. Ketika ditawarkan kepada pelanggan kateringnya, bolu cokelat tersebut langsung menjadi favorit. Rupanya, karena tekstur yang lembut dan paduan rasa cokelat yang lezat, membuat bolu kukus tersebut gampang disukai. Joko, yang melihat potensi pasar kue itu, mengeluarkan kue tersebut dari daftar salah satu menu dalam katering, menjadi produk yang berdiri sendiri, lalu tercetuslah nama brownies kukus. Nama brownies kukus diambil karena tekstur bolu dan warnanya yang cokelat pekat ini mirip tekstur kue brownies. Selain itu, nama brownies kukus lebih mengena di telinga calon konsu¬men sehingga mereka penasaran mencicipinya.

Setelah mendapatkan nama brownies kukus, awal tahun 2000 Joko dan Atin (Istri Joko) membuka sebuah kios kaki lima di kompleks pertokoan Metro, Margahayu, Bandung, untuk menjualnya. Walaupun disukai konsumen katering, tetapi ketika pertama kali dijual bebas, brownies kukus itu kurang menarik minat pembeli. Tak kurang akal, Atin lalu menjual kue itu dalam bentuk kue potong dengan harga Rp1.000 per potong. Ternyata dengan cara tersebut brownies kukus bisa laku 150-250 potong atau 3-5 loyang ukuran 24 x 24 cm. Namun, sayangnya usaha yang baru berkembang ini tidak bisa bertahan, karena pertokoan Metro terbakar. Lalu kios brownies kukus pun pindah ke J1. Tata Surya 11, yang masih terletak di kompleks yang sama. Ternyata pindah lokasi di perumahan menjadi titik terang bisnis brownies kukus ini, karena mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda.

Sukses menggaet pelanggan baru membuat Joko berpikir untuk memberi brand agar lebih komersial. Tahun 2001, kue bolu tersebut mempunyai nama resmi, yaitu Brownies Kukus Amanda. Dalarn terminologi Sumi, Amanda merupakan akronim dari “Anak Mantu Damai atau anak dan menantu harus selalu hidup rukun dan damai”. Joko kemudian menaruh nama Brownies Kukus Amanda pada kardus pembungkus, agar lebih profesional. Setelah itu, hanya melalui promosi dari mulut ke mulut, pamor brownies kukus melesat. Pembeli berdatangan dan rela antre, terutama menjelang Lebaran. Minat pembeli ini membuat mereka kewalahan. Maklum, mereka hanya memiliki 3 kompor yang masing-masing untuk mengukus satu loyang. Akhirnya, Joko bereksperimen. Dengan bantuan seorang tukang, dirinya mendesain kukusan yang memuat 6 loyang untuk satu kali mengukus. Kocokan adonan pun dibuat khusus, sehingga bisa mengocok untuk 6 resep sekaligus. Walaupun awalnya brownies kukus Amanda hanyalah industri kecil dengan skala rumahan, namun kini telah dikelola dengan prinsip manajemen modern, dan sudah memiliki cabang dimana-mana.